Kalimat ini sering diungkapkan kebanyakan orang dari kita sendiri.
Besok anakku ujian,bagaimana ya ? Ah pasrah saja kepada Tuhan.
Anakku akan masuk perguruan tinggi di Jakarta dan Yogyakarta, jauh dari pantauan.aku pasrah saja pada Tuhan.
Besok aku akan ujia sertifikasi guru,masih bingung persiapan apa saja ya? Ah pasrah saja pada Tuhan.
Bagaimana dengan anakku setelah lulus sekolah ini? Kuliah atau bekerja?
Hutangku tinggal 15 juta bagaimana aku menutupnya?
Anakku sekarang hiperaktif,bagaimana jika besar nanti ?
Kandunganku sudah hampir 9 bulan,takut aku ?
Bagaimana dengan masa depan anak - anakku, jika saat ini kondisi negara seperti ini?
Dan lain sebagainya.Akhir dari ungkapan itu biasanya menyandingkan dengan kalimat ,"ah pasrah saja sama Tuhan".
Nggak ada yang salah memang, tetapi apakah kalimat itu berasal dari dalam hati? Atau hanya ungkapan semata ?
Sebagai contoh:
Jika kita minta bantuan orang tentang sesuatu hal,kita secara otomatis sudah pasrah kepada orang tersebut.Jika kita ikut mengaturnya berarti belum pasrah kepada orang itu.
Cirinya hanya satu.
Jika kita sudah pasrah kepada Tuhan,kita serahkan pada Tuhan, ya serahkan saja.Kenapa kok masih belum bisa tidur?
Jika masih belum bisa tidur, itu berarti masih belum pasrah masih taraf dalam ungkapan saja.Masalah itu masih disimpan,masih di bawa,masih belum dilepas,masih belum diserahkan pada Tuhan.
Loo...
Taman surgawi,mojokerto
muyaslana's family
posted from Bloggeroid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar