Jumat, 18 Oktober 2013

Dilema bowoh ( menghadiri undangan pernikahan dan khitan )

Pada bulan ini ( Dzulhijjah atau bulan Jawa/besar ) atau bulan - bulan lain seperti Syawal,Rajab ,Maulud atau ba'da Maulud , banyak orang menempatinya untuk acara hajatan pernikahan atau khitanan karena dianggap bulan baik menurut adat Jawa.

Sudah menjadi tradisi memang, bulan - bulan itu dipakai untuk hajatan.Sehingga dapat dipastikan acara bowoh menjadi bersamaan waktunya.


Hal - hal yang membuat miris untuk
didengar telinga :
1.ah bowoh lagi, satu belum terlaksana datang undangan lagi.
2.loo , diakan sudah punya hajat satu kali yang tahun lalu, sekarang punya hajat lagi ?
3.dia dulu pernah datang dan bowoh kepadaku , jadi saya harus datang bowoh
4.gajian untuk kebutuhan hidup, malah ada undangan bowoh, pusing saya jadinya.
5.dia teman dekatku , jadi saya harus hadir bowoh.
6.dia telah menolongku dulu dan saya harus hadir bowoh.

Acara " bowoh " adalah datang menghadiri undangan hajatan dan memberikan uang kepada yang punya hajat.Ada faktor "UANG" yang menjadi hambatan hati kebanyakan orang.


Ungkapan - ungkapan itu tidak asing ditelinga kita dan seolah sudah biasa diucapkan.

"mengeluh"
Ya kata inilah sebenarnya yang terbesit dari hati walaupun jika diklarifikasi mereka tidak mau mengakuinya.

Ada sindirin lain yang lebih ekstrim " tidak ikhlas" atas kejadian diatas.

"DILEMA" memang atas kasus seperti itu.Tidak datang dianggap tidak butuh teman , tidak butuh tetangga, tidak punya perasaan karena dulu pernah datang di acara hajatan kita, diundang kok tidak datang.Jika datang kok banyak amat yang punya hajat, uang yang dibuat kebutuhan sehari - hari budjetnya tergilas untuk acara " bowoh".

pusiingg

Kenapa harus pusing ?
Jika pusing , pikiran jadi lelah dan jenuh.Hati jadi gelisah , gundah gulana.

Sebenarnya semuanya pasti ada jalan keluarnya.Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.Kata Tuhan ," Aku tidak akan membebani hambaku kecuali sesuai dengan kemampuannya".

Nah lo...masihkan mengeluh ?

Semua masalah itu bisa dianggap besar atau kecil tergantung cara mensikapinya dan dari cara pandang mana kita melihatnya.

Kasus diatas bisa dianggap masalah besar atau masalah kecil atau bahkan tidak ada masalah sama sekali.

Pilih mana ? Hayo tinggal pillih

Jika mengecilkan masalah dan menganggap masalah itu tidak ada seperti " kasus diatas" maka saya punya solusi diantaranya :

1.anggaplah itu sebagai hal wajar dalam kehidupan bermasyarakat
2.anggaplah bowoh itu sebagai kegiatan membeli makanan diwarung, toh kita dapat makan nasi dan pulang bawa kue ,
3.anggaplah bersedekah.
Lo kok sedekah ? Bukankah menyenangkan orang lain termasuk sedekah ?
4.anggaplah ini sebagai tanda menyambung tali silaturahmi ( tali persaudaraan) .bukankah menyambung tali silaturrahmi termasuk memperpanjang umur ?
5.anggaplah ini bentuk dari hablumminannas.selain hubungan baik dengan Tuhan,hubungan baik sesama manusia juga perlu agar seimbang.
6.lepaskan , plongkan hati dan pikiran untuk kasus diatas , kalau perlu " pasrahkan sama Tuhan"( baca pasrah kepada Tuhan ? Artikel sebelumnya.
Serta minta jalan keluar sama Tuhan.


Ah lega rasanya jika tanpa beban ....
Alhamdulillah


Taman surgawi, mojokerto
muyaslana's family

posted from Bloggeroid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar