Kamis, 27 November 2014

MAKAN BERSAMA ( dua ekor anjing ?? )

Secara fitrah, manusia memang bernafsu dan tergoda dengan menu makanan apalagi bervariasi, karena manusia adalah hayawanunnatiq ( hewan yang berakal ).Mereka selektif dalam memakannya.Dicuci dahulu, dimasak dulu dan bahkan dibuat manis dalam penyajiannya.

Lain dengan hewan yang tidak dianugerahi akal pikiran.Mereka langsung memakan makanan yang menjadi santapannya tanpa dicuci, tanpa dimasak juga tanpa diperhitungkan cara penyajiannya.


Dari tulisan sebelumnya, ada memang yang main comot saja makanan teman, tergoda penuh masakan temannya hingga ingin memakannya.Adalah lumrah dan sangat manusiawi.

Akan tetapi, apakah nafsu makan ini dibiarkan saja tanpa ada lampu merahnya? Hal terburuk adalah menyakiti, melukai hati teman ( baca lagi tulisan sebelumnya ).Dampak dari perilaku tersebut seperti tak tampak oleh mata, namun berdampak pada kematangan jiwa seseorang dalam mendewasakan diri.


Satu kisah nyata dan tergolong sangat lama kejadiannya.

Ada seorang ulama yang dirasa dalam dirinya ada sesuatu yang membuat dirinya tergoda dengan makanan selalu.Sudah makan, akan tetapi masih ingin lagi.

Suatu ketika untuk mengekang nafsu makannya yang begitu menggelora, Beliau berpuasa.Sebelum berbuka puasa, Beliau berpesan kepada istrinya agar tangan dan kakinya diikat.Beliau beranggapan , dengan berpuasa, sesuatu yang ada dalam dirinya bisa hilang dan berubah, namun masih saja sama.



Beliaupun bermunajat kepada Tuhannya.Ya Tuhan, sejatinya ada apa dengan diri hamba, ada siapakah dalam diri hamba ini.Tuhanpun menampakkannya.Dari dalam dirinya, keluarlah seekor anjing.O, ternyata anjing ini yang membuat aku seperti ini.

Dirinyapun merasa ada lagi yang lain dalam dirinya.Ya Tuhanku, sepertinya masih ada lagi dalam diri hamba ini.Nafsu makanku masih menggelora.Ditampakkannya lagi oleh-Nya, seekor anjing lagi keluar dari dalam dirinya.


Karena dua anjing itu adalah makhluk Tuhan juga yang diperuntukkan untuknya, maka Beliaupun menjaga, memelihara serta memberikannya makan setiap hari.


Berita inipun tersebar sampai kepada sang Raja (penguasa saat itu ).Tak pantaslah seorang ulama sampai memelihara dua ekor anjing.Apalagi Beliau adalah panutan masyarakat, panutan umat.


Dipanggillah sang ulama itu ke ISTANA untuk dihadapkan pada sang Raja.Apa benar kamu memelihara anjing ,"tanya sang Raja.

Benar sang Raja," jawab sang Ulama.

Andakan seorang ulama, panutan masyarakat, mengapa memelihara anjing.Anjing itu najis," timpal Sang Raja.

Wahai Sang Raja,," mana yang menurut Anda najis itu?," jawab Sang ulama.

Sang Rajapun turun dari singgasananya,Beliau menghampiri dua ekor anjing itu serta berusaha memegangnya.Akan tetapi tangannya tidak bisa menyentuh anjing itu ( anjing terlihat nyata, namun dipegang tak tersentuh ), malah tangan Sang Raja menyentuh karpet ( alas lantai ).

Manakah yang najis itu Yang Mulia Raja ?,"tanya Sang Ulama.Nah itulah yang najis itu, karpet itulah yang najis itu.

Wah orang ini bukan manusia biasa," pikir dalam benak Sang Raja.

Begini saja, agar tidak terjadi polemik, dua ekor anjing ini biar aku pelihara di istana, sementara aku ingin belajar dari Engkau," pinta Sang Raja.

Baiklah kalau begitu," Sang Ulama mengiyakan.


Dari kisah diatas, apakah kita sudah terbebas dari nafsu makan yang begitu menggelora ?

Sudahkah kita makan sewajarnya ?

Akankah masih ada " sesuatu " yang ada dalam diri ( seperti kisah diatas ) ?

Wallohu bisshowab..


Semoga bermanfaat, aamiin

Taman surgawi, Mojokerto

Muyaslana's family






2 komentar:

  1. kuliah singkat.!!!bagus om untuk postingan yang akan datang akku boleh riquest gk?hehehe :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyllh boleh, asal jngn minta rumah...hehehe

      Hapus